India dan Pakistan terlibat dalam 'perkelahian' cukup seru di media sosial mengenai isu Afghanistan.
Tidak hanya media sosial, media massa mainstream kedua negara juga saling tuduh dan provokasi. Misalnya saat Taliban menang, media India akan tuduh sebagai dukung Pakistan. Begitu juga sebaliknya saat terjadi pemboman di Pakistan, media Pakistan akan mengutip pernyataan pejabat yang menyebutnya sebagai kegiatan teroris yang didukung India.
Berbagai media menyebut fenomena India vs Pakistan ini sebagi Hybrid War atau Perang Hibrida.
Menurut berbagai sumber perang hibrida merupakan upaya untuk memutarbalikan keadaan yang menciptakan situasi antara perang dan damai (Reichborn & Cullen, 2016:2). Tidak hanya mengandalkan kekuatan militer saja, perang hibrida memasukkan berbagai aspek dari aspek ekonomi, sipil, politik dan informasi.
Sekilas mirip dengan istilah '5th Generation Warfare' yang sedang banyak dibahas berbagai kalangan. Di pertarungan pemilu dikenal dengan istilah post truth dan firehose of fire.
Keunggulan India adalah kuantias media yang mereka miliki. Bayangkan semua negara bagian di India mempunyai TV dan media multiplatform sendiri. Dan setiap TV dan media itu mempunyai program internasional yang anti Pakistan.
Itu belum ditambah dengan konglomerasi media, youtuber dan vlogger-vlogger yang membanjiri konten-konten media sosial dengan video-video interaktif, tentunya dengan semuanya anti Pakistan.
Belum lagi India juga merupakan hub bisnis telemarketing di dunia. Perusahaan telemarketing ini mempunyai ratusan karyawan yang bisa digunakan 'nyambi' sebagai pasukan siber.
Sehingga kesannya, sebuah narasi yang dijalankan seakan semuanya benar walau penuh hoaks.
Beberapa warganet sampai menyebut India sebagai hub 'fake news' atau pusat pabrik hoaks sedunia.
Walau kalah dari segi jumlah, Pakistan mempunyai sejumlah media yang bisa mengkonter.
Dalam kasus Afghanistan ini terlihat persaingan dua media IndusNews dari Pakistan dan WION dari India.
WION hadir dengan berita-berita tendensius dan mudah dimengerti tapi pemirsa yang kurang baca bisa salah faham.
IndusNews melakukan konter narasi meski tidak berusaha menciptakan hoaks baru yang anti India.
Keduanya mempunyai siaran LIVE di Youtube berbahasi Inggris khas anak benua dikenal dengan istilah Hinglish.
Di Afghanistan IndusNews mengandalkan reporter lapangan Sumaira Khan dengan akun Twitter @sumrkhan1 dan WION mempunyai reporter Anas Mallick @anasmallick.
'Pertempuran' antara India dan Pakistan di isu Afghanistan ini menjadi narasi dominan di berbagai media sosial karena memang keduanya mempunyai hubungan sosial dan budaya yang dekat dengan Afghanistan.
Faktor berikutnya adalah, kedua negara menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Sehingga cuitan atau postingannya bisa dimengerti oleh hampir semua penduduk bumi karena bahasa Inggris merupakan bahasa paling bayak dipakai.
Di sini letak kekalahan negara lain jikapun mempunyai penduduk dan buzzer yang banyak seperti Tiongkok dan Brazil. Kemungkinan buzzer dan media Afrika khususnya dari Nigeria dan negara-negara berbahasa Inggris bisa mengimbangi namun karena tidak menjadi fokus mereka sehingga kurang terlihat.
Faktor berikutnya adalah tingginya penetrasi internet. Dalam hal ini India tentu lebih baik dari Pakistan.
Gejala ini juga terlihat di Indonesia di mana penetrasi internet di Jawa lebih tinggi dari di luar Jawa. Sehingga isu yang digulirkan warganet dari Jawa dianggap mewakili seluruh Indonesia.
Faktor berikutnya yang membuat India lebih unggul; saat ini pemerintah India sedang dikuasai oleh BJP alias partai radikal dan garis keras. Sebagai parpol supremasi Hindu, warganya tentunya punya kecenderungan untuk mempersekusi agama-agama lain secara daring. Namun di antara sekian banyak agama di muka bumi, Islam menjadi target utama.
Kemungkinan di Pakistan juga terdapat media atau buzzer radikal Islam. Namun, karena itu hanya ekspresi warga biasa, isunya tidak akan nendang jika dibandingkan sebuah narasi itu dimainkan oleh 'perangkat lengkap' negara yang diperintah oleh partai yang memang politik elektoralnya adalah dengan mempersekusi pemeluk agama lain baik secara daring maupun di dunia nyata.
Namun di balik persaingan media ini terdapat manfaat untuk permirsa. Jika ingin memahami isu Afghanistan yang lebih utuh maka pemirsa cukup menonton IndusNews dan WION secara bergantian.
0 comments:
Post a Comment