Beijing, Tiongkok – Ambisi Tiongkok untuk menjadi kekuatan antariksa global semakin membara. Negeri Tirai Bambu itu tengah mengembangkan roket super berat, Long March 9, yang digadang-gadang akan menjadi penantang serius bagi roket Starship milik SpaceX, Amerika Serikat.
Long March 9, yang pengembangannya telah dimulai sejak akhir 2000-an, awalnya dirancang sebagai roket konvensional untuk misi eksplorasi bulan berawak. Namun, seiring berjalannya waktu, ambisi Tiongkok semakin besar.
Pada awal 2020-an, Tiongkok mulai mengadopsi pendekatan yang lebih inovatif. Mereka merancang Long March 9 dengan menggunakan sejumlah besar mesin methalox yang dirancang untuk dapat digunakan kembali, mirip dengan konsep yang diusung oleh SpaceX.
Versi terbaru Long March 9 akan dikembangkan sebagai roket tiga tahap untuk misi luar angkasa, serta varian dua tahap untuk orbit rendah Bumi. Tujuannya pun tak kalah ambisius, meliputi eksplorasi bulan dan luar angkasa, penyebaran infrastruktur ruang angkasa skala besar di orbit, dan bahkan transportasi kargo Bumi ke Bumi.
"Kami ingin menunjukkan bahwa Tiongkok juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi roket canggih," ujar seorang pejabat Badan Antariksa Nasional Tiongkok (CNSA). "Long March 9 adalah bukti komitmen kami untuk menjadi pemain utama dalam eksplorasi antariksa."
Tiongkok tidak hanya meniru konsep SpaceX, tetapi juga berupaya untuk melampauinya. Mereka berencana untuk mengembangkan versi Long March 9 yang dapat digunakan kembali sepenuhnya pada tahun 2040, dengan tahap kedua mengadopsi desain seperti Starship.
Pengembangan mesin methalox 200 ton yang akan digunakan pada Long March 9 juga menunjukkan keseriusan Tiongkok dalam mengejar ketertinggalan. Meskipun masih dalam tahap awal, proyek ini menunjukkan potensi besar untuk kemajuan teknologi roket Tiongkok.
Selain Long March 9, Tiongkok juga sedang mengembangkan Long March 10, roket dengan kemampuan yang mirip dengan Falcon Heavy milik SpaceX. Long March 10 dijadwalkan untuk peluncuran perdana pada tahun 2027, yang akan semakin memperkuat posisi Tiongkok di dunia antariksa.
Ambisi Tiongkok ini tentu saja menimbulkan persaingan yang semakin ketat dengan Amerika Serikat, terutama SpaceX. Elon Musk, pendiri SpaceX, telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk membawa manusia ke Mars dengan Starship.
Namun, Tiongkok juga memiliki ambisi serupa. Mereka berencana untuk membangun stasiun penelitian di bulan dan mengirim astronot ke Mars pada tahun 2030-an.
Persaingan antara Tiongkok dan AS di bidang antariksa ini tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang prestise dan pengaruh global. Kedua negara berlomba-lomba untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menjelajahi dan memanfaatkan ruang angkasa.
Namun, persaingan ini juga dapat membawa manfaat bagi umat manusia. Dengan adanya persaingan, inovasi dan kemajuan teknologi akan semakin cepat.
"Kami percaya bahwa persaingan yang sehat akan mendorong kami untuk bekerja lebih keras dan mencapai hasil yang lebih baik," ujar pejabat CNSA.
Long March 9 adalah simbol dari ambisi Tiongkok untuk menjadi kekuatan antariksa global. Dengan roket ini, Tiongkok siap menantang dominasi SpaceX dan membuka babak baru dalam eksplorasi antariksa.
0 comments:
Post a Comment