Militer dan Bisnis: Belajar dari Amerika, Rusia, dan Tiongkok, Menuju Kemandirian Indonesia

JAKARTA - Dunia militer dan bisnis sering kali terlihat sebagai dua entitas yang berbeda. Namun, sejarah menunjukkan bahwa keduanya dapat berjalan beriringan, bahkan saling menguatkan. Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok adalah contoh nyata bagaimana militer dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kini, Indonesia, dengan sejarahnya sendiri dalam keterlibatan militer dalam bisnis, dapat mengambil pelajaran berharga dari pengalaman negara-negara tersebut.
Amerika Serikat, dengan industri pertahanan swastanya yang raksasa, menunjukkan bagaimana kemitraan antara militer dan sektor swasta dapat menghasilkan inovasi teknologi dan efisiensi operasional. Perusahaan-perusahaan seperti Lockheed Martin dan Boeing telah menjadi pemasok utama peralatan militer bagi Pentagon, sekaligus menjadi pemain global dalam industri kedirgantaraan dan pertahanan. Model ini mengajarkan kita bahwa militer tidak harus terjun langsung dalam bisnis komersial, tetapi dapat memanfaatkan keahlian sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan pertahanan.

Rusia, di sisi lain, memiliki tradisi industri pertahanan yang didominasi oleh negara. Perusahaan-perusahaan seperti Rostec adalah konglomerat milik negara yang memproduksi berbagai peralatan militer dan produk sipil. Model ini menekankan pentingnya kontrol negara atas industri strategis, terutama di sektor pertahanan.

Indonesia, dengan BUMN seperti Pindad, PAL, dan Dirgantara Indonesia, dapat belajar dari Rusia dalam memperkuat industri pertahanan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Tiongkok, dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang memiliki sejarah keterlibatan dalam bisnis, kini sedang berupaya memisahkan militer dari kegiatan komersial langsung. Namun, hubungan erat antara militer dan perusahaan-perusahaan tertentu, terutama di sektor teknologi, tetap terjalin. Kisah sukses purnawirawan PLA yang mendirikan konglomerasi usaha menunjukkan bagaimana keahlian dan pengalaman militer dapat menjadi modal berharga dalam dunia bisnis.

Indonesia, dengan Undang-Undang TNI Nomor 34 Tahun 2004 yang melarang militer terlibat dalam bisnis aktif, perlu mencari model yang tepat untuk memanfaatkan potensi ekonomi militer tanpa melanggar aturan. Penguatan industri pertahanan dalam negeri melalui BUMN, kemitraan dengan sektor swasta, dan program pensiun yang terstruktur bagi purnawirawan adalah beberapa langkah yang dapat diambil.
Program pensiun yang terstruktur, seperti yang diterapkan di Tiongkok, dapat membekali purnawirawan TNI dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berwirausaha. Pemerintah dapat memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan purnawirawan, serta menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk menyelenggarakan program kewirausahaan.

Contoh sukses Ren Zhengfei, mantan perwira PLA yang mendirikan Huawei, dapat menjadi inspirasi bagi purnawirawan TNI. Dengan memanfaatkan jaringan dan pengalaman yang diperoleh selama bertugas di militer, mereka dapat membangun bisnis yang sukses dan berkontribusi pada perekonomian nasional.

Namun, penting untuk diingat bahwa pengelolaan aset militer harus dilakukan secara transparan dan akuntabel. Belajar dari pengalaman Rusia dan Tiongkok, Indonesia perlu mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi yang dapat merusak citra militer dan negara.

Dengan meniru praktik terbaik dari negara lain dan menyesuaikannya dengan konteks Indonesia, militer Indonesia dapat meningkatkan profesionalisme, kesejahteraan personel, dan kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional. Keterlibatan militer dalam bisnis tidak harus menjadi momok, tetapi dapat menjadi peluang untuk memperkuat pertahanan negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dibuat oleh AI








Share on Google Plus

About peace

Berita Dekho (www.beritadekho.com) merupakan media nasional yang pada awalnya didirikan untuk mempromosikan potensi alumni Indonesia yang pernah kuliah dan menimba ilmu di India dan negara-negara Asia Selatan. Lihat info selanjutnya di sini

0 comments:

Post a Comment

loading...