BeritaDEKHO - Pagi itu sang raja itu duduk dengan tenang di singgasana. Tangan kirinya berada di atas lutut. Sementara tangan kanannya ditopang sebilah pedang berbungkus kulit hewan langka.
Di hadapan pria itu, orang-orang petingi negeri India sudah duduk berkumpul. Hari itu mereka tengah menggelar rapat dengan sang raja.
“Selama ini kita mengirim rempah-rempah ke Inggris dengan harga yang mereka tentukan. Saya ingin kita sendiri yang menjual rempah-rempah itu,” kata raja itu berwibawa. Raja itu adalah Jalaluddin Muhammad Akbar.
Hadirin terdiam. Memikirkan maksud perkataan pria yang begitu dihormati tersebut. Sejenak, sebagian hadirin mulai menyatakan pendapat. Mereka semua menyetujui pikiran jenius tersebut.
Hari itu kemudian akan dikenang sebagai hari ketika ekonomi India berubah total. Dari sebelumnya hanya sebatas negara penyedia rempah-rempah atas permintaan Inggris, lalu beralih menjadi penentu harga.
Alhasil, India menjadi salah satu negara pengekspor sekaligus penentu harga rempah-rempah yang menjadi komoditas unggulan dunia kala itu.
Pikiran itu keluar dari seorang muslim penguasa tanah India. Sosoknya tegas, namun bersahaja. Semua orang di seluruh penjuru tanah Hindustan begitu mengagungkan pria ini lantaran mampu memadukan ketegasan dengan kemurahan hati.
Dialah Jalaluddin Muhammad Akbar, Raja Mughal yang menguasai sebagian besar tanah India. Akbar hidup antara tahun 1542 hingga 1605 Masehi dan merupakan Raja Mughal ketiga setelah Babur dan Humayun.
Di tangan Akbar, Mughal dikenal sebagai dinasti yang paling berpengaruh di India, dengan jumlah kekayaan sebesar 25 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia saat itu. Pakar sejarah ekonomi Angus Madison sampai menyebut kekayaan Akbar kala itu setara dengan harta Ratu Elizabeth saat jaya, meski tidak disebutkan angka secara pasti.
Hal itu dikuatkan oleh Ekonom Bank Dunia Branko Milanovic. Dalam salah satu penelitiannya tentang ketidaksetaraan di India, Branko menyebut Akbar merupakan raja yang mampu menciptakan kesetaraan dalam kesejahteraan rakyat India kala itu, juga penerapan sistem birokrasi yang sangat efektif.
***
Pencetus Modernitas Tata Kelola Pajak
Akbar lahir pada 15 Oktober 1542 di Umarkot, Sindh, yang saat ini menjadi wilayah Pakistan. Dia sebenarnya tidak memiliki darah India. Ayahnya adalah keturunan bangsa Mongol dan ibunya merupakan orang Persia. Kakeknya, Babur, memiliki garis keturunan dengan Gengis Khan, Raja Mongol.
Akbar menggantikan peran ayahnya sebagai raja di usia yang masih sangat muda, 14 tahun. Sang ayah, Humayun, meninggal dalam sebuah pertempuran. Saat itu, Akbar tidak sepenuhnya berkuasa meski sudah resmi menjadi raja. Kendali pemerintahan dipegang oleh orang kepercayaan ayahnya, Bairam Khan.
Di tengah perjalanan, Bairam Khan ingin menguasai wilayah utara India yang notabene masuk kekuasaan Mughal. Bairam berdalih, dia berhak atas tanah utara India meliputi Afganistan lantaran berhasil mengalahkan Raja Hindu Hemu dalam Perang Paripat.
Di hadapan pria itu, orang-orang petingi negeri India sudah duduk berkumpul. Hari itu mereka tengah menggelar rapat dengan sang raja.
“Selama ini kita mengirim rempah-rempah ke Inggris dengan harga yang mereka tentukan. Saya ingin kita sendiri yang menjual rempah-rempah itu,” kata raja itu berwibawa. Raja itu adalah Jalaluddin Muhammad Akbar.
Hadirin terdiam. Memikirkan maksud perkataan pria yang begitu dihormati tersebut. Sejenak, sebagian hadirin mulai menyatakan pendapat. Mereka semua menyetujui pikiran jenius tersebut.
Hari itu kemudian akan dikenang sebagai hari ketika ekonomi India berubah total. Dari sebelumnya hanya sebatas negara penyedia rempah-rempah atas permintaan Inggris, lalu beralih menjadi penentu harga.
Alhasil, India menjadi salah satu negara pengekspor sekaligus penentu harga rempah-rempah yang menjadi komoditas unggulan dunia kala itu.
Pikiran itu keluar dari seorang muslim penguasa tanah India. Sosoknya tegas, namun bersahaja. Semua orang di seluruh penjuru tanah Hindustan begitu mengagungkan pria ini lantaran mampu memadukan ketegasan dengan kemurahan hati.
Dialah Jalaluddin Muhammad Akbar, Raja Mughal yang menguasai sebagian besar tanah India. Akbar hidup antara tahun 1542 hingga 1605 Masehi dan merupakan Raja Mughal ketiga setelah Babur dan Humayun.
Di tangan Akbar, Mughal dikenal sebagai dinasti yang paling berpengaruh di India, dengan jumlah kekayaan sebesar 25 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia saat itu. Pakar sejarah ekonomi Angus Madison sampai menyebut kekayaan Akbar kala itu setara dengan harta Ratu Elizabeth saat jaya, meski tidak disebutkan angka secara pasti.
Hal itu dikuatkan oleh Ekonom Bank Dunia Branko Milanovic. Dalam salah satu penelitiannya tentang ketidaksetaraan di India, Branko menyebut Akbar merupakan raja yang mampu menciptakan kesetaraan dalam kesejahteraan rakyat India kala itu, juga penerapan sistem birokrasi yang sangat efektif.
***
Pencetus Modernitas Tata Kelola Pajak
Akbar lahir pada 15 Oktober 1542 di Umarkot, Sindh, yang saat ini menjadi wilayah Pakistan. Dia sebenarnya tidak memiliki darah India. Ayahnya adalah keturunan bangsa Mongol dan ibunya merupakan orang Persia. Kakeknya, Babur, memiliki garis keturunan dengan Gengis Khan, Raja Mongol.
Akbar menggantikan peran ayahnya sebagai raja di usia yang masih sangat muda, 14 tahun. Sang ayah, Humayun, meninggal dalam sebuah pertempuran. Saat itu, Akbar tidak sepenuhnya berkuasa meski sudah resmi menjadi raja. Kendali pemerintahan dipegang oleh orang kepercayaan ayahnya, Bairam Khan.
Di tengah perjalanan, Bairam Khan ingin menguasai wilayah utara India yang notabene masuk kekuasaan Mughal. Bairam berdalih, dia berhak atas tanah utara India meliputi Afganistan lantaran berhasil mengalahkan Raja Hindu Hemu dalam Perang Paripat.
Setelah cukup dewasa, di tahun 1560, Akbar mengambil alih kekuasaan dari tangan Bairam dan sepenuhnya memegang kendali pemerintahan. Bairam berusaha melakukan pemberontakan, tetapi Akbar mampu meredamnya.
Setelah memegang kekuasaan penuh, banyak persoalan yang harus diselesaikan Akbar. Baik kakek maupun ayahnya tidak punya cukup waktu untuk menata pemerintahan. Sementara wilayah yang menjadi kekuasaannya begitu luas dengan penduduk yang majemuk. Alhasil, Akbar harus memutar otak.
Akbar lalu melakukan perombakan total pada sistem administrasi dan keuangan kerajaan. Dia mulai menata administrasi dengan membentuk sejumlah badan yang dipimpin oleh tenaga-tenaga sipil maupun militer. Sistem itu dikenal dengan istilah Mansabdari, dengan pekerjanya mendapat mansab, sejenis bayaran dan mereka disebut sebagai Mansabdar.
Setiap orang yang bekerja di badan tersebut mendapat upah resmi dari kerajaan. Ada dua cara pembayaran mansab. Cara pertama dengan memberikan tanah, sedangkan cara kedua dengan memberi upah bulanan. Langkah tersebut dinilai oleh sejumlah pakar sejarah sebagai terobosan cemerlang yang dibuat Akbar.
Dalam dunia modern, Mansabdari dapat diibaratkan dengan sistem pemerintahan berjenjang. Pusat kekuasaan ada di tangan Raja, kemudian dijalankan oleh badan-badan yang tersebar di setiap daerah kekuasaan Mughal. Atau bisa diibaratkan sebagai pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dan kota.
Untuk pemasukan negara, Akbar menerapkan sistem pajak terpusat. Para Subah, pejabat sekelas gubernur mendapat mandat untuk mengawasi pemungutan pajak. Sedangkan pemungutan pajak sendiri dilakukan petugas khusus, terpisah dari gubernur.
Para petugas pemungut diwajibkan membuat catatan pajak yang berhasil ditarik. Pajak yang sudah dipungut wajib langsung dikirimkan ke pusat. Sementara catatan mereka harus diserahkan secara berkala. Cara ini menciptakan sistem check and balances yang stabil.
Semua kendali keuangan ada di pemerintah pusat. Para pejabat mendapat upah, tetapi tidak diberi fasilitas pasukan. Sementara pasukan digaji langsung dari pemerintah pusat. Hal itu menjamin tidak adanya upaya pemberontakan dari masing-masing pejabat daerah.
Tidak hanya itu, Akbar juga membuat beberapa kategori jenis tanah sebagai sumber penghasilan. Terdapat empat kategori tanah yang dibuat Akbar berdasarkan jangka waktu pemanfaatan.
Keempat kategori tersebut yaitu Tanah Polaj, yaitu tanah yang digarap secara rutin. Kemudian, Tanah Parauti, yaitu tanah yang digarap untuk musim tertentu. Lalu ada istilah Chachhar, yaitu tanah yang tidak dimanfaatkan dalam jangka waktu tiga sampai empat tahun. Terakhir, Banjar, yaitu tanah yang sudah tidak digarap selama lebih dari empat tahun.
Kategori tersebut digunakan untuk menetapkan tarif pajak sekaligus insentif bagi para petani yang bersedia menggarap lahan tersebut.
***
Pengendali Komoditas Rempah-rempah Dunia
Pemerintahan Akbar diakui sebagai pemerintahan yang paling efektif di seluruh India. Dia menerapkan sistem birokrasi yang begitu ringkas, sehingga setiap permasalahan dapat segera tertangani.
Tidak hanya itu, Akbar juga terkenal sebagai raja yang memiliki kemampuan diplomasi begitu baik. Hal ini terbukti dengan berhasilnya dia menjalin hubungan dagang dengan Inggris dan Perancis.
Alhasil, perdagangan India maju dengan begitu pesat. Mughal kala itu menjadi salah satu pemasok utama rempah-rempah untuk kebutuhan pasar Eropa.
Atas kejayaan tersebut, Majalah Time kemudian memasukkan Akbar sebagai salah satu dari 10 tokoh paling kaya sepanjang sejarah umat manusia. Sebagai seorang muslim, ia berada di urutan ketiga dari 10 orang terkaya sepanjang sejarah.
Berapa besar harta Raja Akbar? Majalah Time tidak menyebut angka secara rinci. Tapi jumlah kekayaannya diperkirakan seperempat Produk Domestik Bruto (PDB) dunia saat itu. Jadi, jika PDB dunia saat itu sudah mencapai 2 trilyun dolar AS, maka kekayaannya mencapai 500 milyar dolar AS. Sungguh luar biasa besar. (sumber)
Setelah memegang kekuasaan penuh, banyak persoalan yang harus diselesaikan Akbar. Baik kakek maupun ayahnya tidak punya cukup waktu untuk menata pemerintahan. Sementara wilayah yang menjadi kekuasaannya begitu luas dengan penduduk yang majemuk. Alhasil, Akbar harus memutar otak.
Akbar lalu melakukan perombakan total pada sistem administrasi dan keuangan kerajaan. Dia mulai menata administrasi dengan membentuk sejumlah badan yang dipimpin oleh tenaga-tenaga sipil maupun militer. Sistem itu dikenal dengan istilah Mansabdari, dengan pekerjanya mendapat mansab, sejenis bayaran dan mereka disebut sebagai Mansabdar.
Setiap orang yang bekerja di badan tersebut mendapat upah resmi dari kerajaan. Ada dua cara pembayaran mansab. Cara pertama dengan memberikan tanah, sedangkan cara kedua dengan memberi upah bulanan. Langkah tersebut dinilai oleh sejumlah pakar sejarah sebagai terobosan cemerlang yang dibuat Akbar.
Dalam dunia modern, Mansabdari dapat diibaratkan dengan sistem pemerintahan berjenjang. Pusat kekuasaan ada di tangan Raja, kemudian dijalankan oleh badan-badan yang tersebar di setiap daerah kekuasaan Mughal. Atau bisa diibaratkan sebagai pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dan kota.
Untuk pemasukan negara, Akbar menerapkan sistem pajak terpusat. Para Subah, pejabat sekelas gubernur mendapat mandat untuk mengawasi pemungutan pajak. Sedangkan pemungutan pajak sendiri dilakukan petugas khusus, terpisah dari gubernur.
Para petugas pemungut diwajibkan membuat catatan pajak yang berhasil ditarik. Pajak yang sudah dipungut wajib langsung dikirimkan ke pusat. Sementara catatan mereka harus diserahkan secara berkala. Cara ini menciptakan sistem check and balances yang stabil.
Semua kendali keuangan ada di pemerintah pusat. Para pejabat mendapat upah, tetapi tidak diberi fasilitas pasukan. Sementara pasukan digaji langsung dari pemerintah pusat. Hal itu menjamin tidak adanya upaya pemberontakan dari masing-masing pejabat daerah.
Tidak hanya itu, Akbar juga membuat beberapa kategori jenis tanah sebagai sumber penghasilan. Terdapat empat kategori tanah yang dibuat Akbar berdasarkan jangka waktu pemanfaatan.
Keempat kategori tersebut yaitu Tanah Polaj, yaitu tanah yang digarap secara rutin. Kemudian, Tanah Parauti, yaitu tanah yang digarap untuk musim tertentu. Lalu ada istilah Chachhar, yaitu tanah yang tidak dimanfaatkan dalam jangka waktu tiga sampai empat tahun. Terakhir, Banjar, yaitu tanah yang sudah tidak digarap selama lebih dari empat tahun.
Kategori tersebut digunakan untuk menetapkan tarif pajak sekaligus insentif bagi para petani yang bersedia menggarap lahan tersebut.
***
Pengendali Komoditas Rempah-rempah Dunia
Pemerintahan Akbar diakui sebagai pemerintahan yang paling efektif di seluruh India. Dia menerapkan sistem birokrasi yang begitu ringkas, sehingga setiap permasalahan dapat segera tertangani.
Tidak hanya itu, Akbar juga terkenal sebagai raja yang memiliki kemampuan diplomasi begitu baik. Hal ini terbukti dengan berhasilnya dia menjalin hubungan dagang dengan Inggris dan Perancis.
Alhasil, perdagangan India maju dengan begitu pesat. Mughal kala itu menjadi salah satu pemasok utama rempah-rempah untuk kebutuhan pasar Eropa.
Atas kejayaan tersebut, Majalah Time kemudian memasukkan Akbar sebagai salah satu dari 10 tokoh paling kaya sepanjang sejarah umat manusia. Sebagai seorang muslim, ia berada di urutan ketiga dari 10 orang terkaya sepanjang sejarah.
Berapa besar harta Raja Akbar? Majalah Time tidak menyebut angka secara rinci. Tapi jumlah kekayaannya diperkirakan seperempat Produk Domestik Bruto (PDB) dunia saat itu. Jadi, jika PDB dunia saat itu sudah mencapai 2 trilyun dolar AS, maka kekayaannya mencapai 500 milyar dolar AS. Sungguh luar biasa besar. (sumber)
0 comments:
Post a Comment