Di Balik Kemegahan Mughal: Kisah Pengungsi Inggris yang Menemukan India


Di tengah gemerlap kekuasaan Kekaisaran Mughal, tersembunyi kisah seorang pengungsi Inggris bernama Thomas Stephens. Kisahnya bukan tentang intrik istana atau peperangan epik, melainkan tentang perjalanan spiritual dan pelarian dari penindasan agama di tanah kelahirannya. Kisah ini membawa kita menyelami sisi lain dari India pada masa itu, melalui mata seorang pendatang yang mencari perlindungan.

Thomas Stephens, bersama rekannya Thomas Pounde, awalnya berencana untuk bergabung dengan ordo Jesuit di Roma dan kemudian berlayar ke Goa, pusat kolonial Portugis di India. Mereka terinspirasi oleh surat-surat Francis Xavier, pendiri misi Jesuit di sana. Namun, rencana mereka terhambat ketika Pounde ditangkap sebagai pembangkang agama oleh petugas Ratu Elizabeth I.

Menyadari bahaya yang mengintai, Stephens memutuskan untuk melarikan diri ke Roma. Ia menjadi pengungsi agama, terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya. Dalam suratnya kepada sang saudara beberapa tahun kemudian, ia memperingatkan tentang "jebakan musuh," sebuah kenangan pahit akan penindasan yang dialaminya.

Di Roma, Stephens bergabung dengan ordo Jesuit di San Andrea pada 20 Oktober 1575. Ia tidak melupakan impiannya untuk pergi ke India. Pada tahun 1579, setelah permohonan yang gigih, ia mendapatkan izin untuk berlayar ke Goa dan bergabung dengan misi Jesuit di sana. Impian yang ia dan temannya cita-citakan akhirnya menjadi kenyataan, meski Pounde yang dipenjara tidak pernah bisa ikut serta.

Stephens segera berlayar ke Lisbon, di mana ia bergabung dengan kelompok dua belas Jesuit yang akan menaiki armada Portugis menuju Goa. Pada 4 April, armada tersebut, yang membawa pelancong laut Inggris pertama ke India, berangkat dengan iringan terompet. Perjalanan itu ternyata panjang dan sulit, diwarnai penyakit, pembajakan, dan kerasnya laut.
Dalam suratnya kepada ayahnya yang bertanggal 10 November 1579, Stephens menceritakan perjalanan berbahaya itu. Ia juga memberikan gambaran singkat tentang India dan penduduknya. Sebagai pengungsi yang melarikan diri dari penganiayaan agama di Inggris, ia menulis dengan muram tentang serangan armada mereka di dekat Madeira dan Kepulauan Canary oleh kapal bajak laut Inggris.
Angin yang berlawanan, atau bahkan tidak ada angin sama sekali, ditambah dengan cuaca yang tidak menentu, "tebal dan berawan, penuh guntur dan kilat serta hujan, sangat tidak sehat," membuat armada yang kesulitan itu hampir putus asa untuk mengitari Tanjung Harapan. Di tengah kelelahan yang semakin menipis dan doa-doa putus asa, India akhirnya terlihat, dan armada itu mendarat pada 24 Oktober.

Tujuh bulan setelah berlayar dari Lisbon, Thomas Stephens yang kelelahan menginjakkan kaki di pantai Goa yang ramai, seorang pengungsi dan migran yang lelah dan lega. Kedatangannya di tengah kemegahan Mughal, mengisahkan sebuah kontras kehidupan, dan sebuah sudut pandang berbeda dari sebuah wilayah yang kaya akan sejarah.

Kisah Stephens memberikan gambaran tentang India pada masa itu, bukan hanya sebagai pusat kekuasaan dan kekayaan, tetapi juga sebagai tempat perlindungan bagi mereka yang mencari kebebasan beragama. Ia melihat India sebagai tanah yang luas dan beragam, dengan budaya dan tradisi yang berbeda dari apa pun yang pernah ia lihat di Eropa.

Perjalanan Stephens ke India juga mencerminkan hubungan antara Eropa dan Asia pada masa itu. Perdagangan dan misi agama membawa orang-orang dari berbagai belahan dunia ke India, menciptakan perpaduan budaya dan gagasan yang unik.

Di tengah gemerlapnya istana Mughal, kisah seorang pengungsi Inggris ini mengingatkan kita bahwa sejarah tidak hanya ditulis oleh raja dan jenderal, tetapi juga oleh orang-orang biasa yang mencari kehidupan yang lebih baik. Kisah Thomas Stephens adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang migrasi, toleransi agama, dan pertemuan budaya di India pada masa itu.

Kisah ini juga menggambarkan bagaimana kekuasaan dan penindasan di satu wilayah, dapat mendorong seseorang untuk mencari tempat baru, dan menemukan kehidupan baru. Thomas Stephens, dari seorang pelarian, menjadi saksi sejarah dari masa keemasan Mughal.

Perjalanannya, dan surat-suratnya, memberikan kita gambaran yang berbeda dari sebuah wilayah yang seringkali hanya dilihat dari kemegahan dan peperangan. Kisah ini adalah tentang manusia, tentang harapan, dan tentang bagaimana sebuah wilayah dapat menjadi tempat perlindungan.

Share on Google Plus

About peace

Berita Dekho (www.beritadekho.com) merupakan media nasional yang pada awalnya didirikan untuk mempromosikan potensi alumni Indonesia yang pernah kuliah dan menimba ilmu di India dan negara-negara Asia Selatan. Lihat info selanjutnya di sini

0 comments:

Post a Comment

loading...