Presiden Bashar Al Assad dilaporkan terpilih kembali memimpin Suriah untuk tujuh tahun kedepan dan terpilih keempat kalinya dengan perolehan suara 95,1 persen.
Dua kandidat lainnya yang kurang terkenal tidak dapat mengimbangi popularitas dan elektabilitas Assad.
Pilpres Suriah berlangsung pada 26 Mei 2021 kemarin dan hanya dilakukan di wilayah yang dikuasai Bashar Al Assad yakni sekitar 60-70 persen wilayah Suriah serta di luar negeri khususnya di negara yang mendukung Assad.
Tiga pemerintahan Suriah menolak keabsahan pilpres tersebut termasuk SG, SIG dan SDC.
Sementara wilayah pengungsi Al Rukban yang tidak dalam kuasa semua pemerintahan di atas tidak menyatakan sikap atas Pilpres Suriah termasuk wilayah Golan yang secara de jure milik Suriah namun dijajah oleh Israel.
Jika dilihat dari fakta lapangan, Pilpres Suriah dapat disebut sebagai pilpres lokal karena dalam komite konstitusi Suriah di Jenewa pihak Bashar Al Assad hanya memiliki 50 perwakilan sementara SIG/SNC memiliki 50 suara dan sisanya pilihan PBB.
Artinya pilpres Suriah ini hanya 1/3 dari keabsahan Suriah.
Pihak SDC/AANES/SDF yang menguasai wilayah Suriah Timur secara terbuka tidak menyatakan bermusuhan dengan Bashar Al Assad.
Mereka sedang melakukan negosiasi dengan Assad agar klaim otonomi sepihak yang mereka buat diakui oleh Assad.
Assad ingin wilayah Deir Ezzor, Raqqa dan wilayah Aleppo yang dikuasai SDC diserahkan kembali ke pemerintahan Assad sebelum pembicaraan otonomi dilakukan.
SDC menolak memberikan wilayah tersebut sebelum Assad menyetujui AANES atau Rojava sebagai daerah otonomi resmi karena wilayah itu direbut bukan dari Assad tapi dari ISIS.
Negosiasi kembali mandek sehingga status quo SDC mempunyai kedaulatan de fakto di wilayah yang dikuasai dan tidak mengijinkan pemungutan suara pilpres dilakukan di wilayahnya.
0 comments:
Post a Comment