Banyak Anak, Banyak Rezeki ala Jepang

BeritaDEKHO - Opini oleh: Julkifli Marbun, MA(*)  

Banyak yang memperkirakan bahwa konsep banyak anak, banyak rezeki sudah kadaluarsa.

Padahal tidak, belakangan negara-negara yang mengalami defisit ekonomi atau negara yang berambisi menambah jumlah populasi produktifnya, sengaja mengadopsi kebijakan ini dalam berbagai nama.

Beberapa tahun yang lalu, saya menulis fenomena womenomic dalam kebijakan Abenomics yang digagas oleh Perdana Menteri Shinjo Abe.

Salah satu poin dari kebijakan ini adalah untuk memperlonggar wanita dalam tuntutan karir dan pekerjaan, mensejahterakan mereka semaksimal mungkin agar dapat memenuhi kodratnya untuk mempunyai anak dengan jumlah yang optimal.

Tulisan itu ditayangkan di jurnas.com, yang sayangnya saat itu mengalami penutupan. Hasilnya, tulisan tersebut, dan beberapa tulisan saya lainnya, banyak yang hilang.

Beruntung, berita-berita nasional, khususnya yang berkualitas, sangat rajin disimpan oleh para blogger. Beberapa di antaranya saya temukan kembali, walau sudah tak bernama.

Jurnas.com, saat ini sudah kembali online, tapi tulisan yang lama sudah tidak tersedia.

Berikut ini tulisan saya di Jurnas.com dulu, mengenai judul di atas diambil dari blog ini (klik di sini).

Judul: Pemberdayaan Wanita dan Womenomics di Jepang

STIMULUS ekonomi Jepang, Abenomics, yang digagas Perdana Menteri Shinzo Abe, dinilai akan mampu membuat Jepang keluar dari krisis mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Salah satu langkah yang banyak dibicarakan dalam kebijakan ini adalah pemberdayaan wanita yang dikenal dengan womenomics.
"Salah satu kebijakan ekonominya yang dikenal Abenomics adalah dengan mendorong perkembangan populasi dan memperbaiki status wanita yang dikenal dengan istilah womenomics," tulis Atul Sethi (7/9) dalam artikel 'Will Japan be saved by its women?' di Times of India.

Menurut Atul, kebijakan pemberdayaan wanita itu bertujuan untuk mengatasi masalah penuaan penduduk akibat rendahnya tingkat kelahiran. Jepang praktis kehilangan surplus demografi yang penting meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, Jepang juga mengalami masalah ketenagakerjaan akibat kebijakan imigrasi yang sangat ketat. "Biaya sosial di Jepang meningkat setiap tahun akibat tingkat kelahiran yang redah dan populasi yang menua," kata Susumu Takahashi, seorang peneliti yang berbasis di Tokyo.

Atul menuliskan fenomena Shigeo Tokuda, seorang pekerja industri pornografi 'grandpa porn' di usia 80 tahunan, yang menjadi refleksi penuaan populasi dan berkurangnya tenaga kerja produktif. Industri pornografi beromset miliaran dolar di Jepang dan menjadi salah satu sektor unggulan bagi ekonomi.

Untuk mengatasi hal itu, pemberdayaan perempuan perlu dilakukan, salah satunya dengan mendorong wanita memasuki dunia kerja dan memberikan cuti hamil yang lebih panjang agar mereka tetap bergairah bekerja sekaligus melahirkan anak-anak mereka.

Langkah womenomics sebenarnya bukan hal yang baru. Negara-negara yang mengalami kekurangan penduduk sudah melakukan hal ini lebih dulu, seperti Singapura. Belakangan Turki juga menggagas kebijakan ini dengan memberi insentif kepada ibu rumah tangga yang mampu melahirkan tiga anak.

"(Punya) anak satu atau dua saja akan mengakibatkan kebangkrutan... Melahirkan tiga anak akan mebuat kondisi lebih baik. Paling tidak tiga anak perlu dimiliki setiap keluarga, karena populasi kita beresiko mengalami penuaan," kata Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdoğan bulan lalu dilansir Hurriyet Daily News.

Womenomics hanya salah satu bagian dari abenomics yang banyak dipuji banyak kalangan. Kathy Lien di DailyFX, dilansir Yahoo!, Kamis (12/9) menuliskan, langkah ekonomi lainnya adalah reformasi perpajakan.


"Reformasi perpajakan yang agresif diperkirakan menjadi gelombang terakhir stimulus ekonomi oleh Jepang Shinzo Abe, tetapi banyak orang sekarang menjulukinya pembangunan enam tahun menuju Olimpiade 2020 sebagai 'Anak Panah Keempat Abenomics'," tulisnya.

(*) Magister Sosiologi dari Universitas Annamalai, Magister Bahasa Arab dari Universitas Lucknow, India. Pendiri dan Co-Founder South Asia Study Center/Indonesia-South Asia Forum (SASC/InSAF), Jakarta. Kini Berprofesi sebagai jurnalis.
Share on Google Plus

About Admin2

Berita Dekho (www.beritadekho.com) merupakan media nasional yang pada awalnya didirikan untuk mempromosikan potensi alumni Indonesia yang pernah kuliah dan menimba ilmu di India dan negara-negara Asia Selatan. Lihat info selanjutnya di sini

0 comments:

Post a Comment

loading...