BeritaDEKHO - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandy menyatakan dukungan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan iptek penerbangan yang dilakukan LAPAN. Hal tersebut diungkapkan oleh Yuddy saat kunjungan kerja ke PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) di Bandung, Sabtu (31/10). Kunjungan Yuddy tersebut dalam rangka menindaklanjuti permohonan formasi pegawai dari LAPAN yang tengah menjalin kerjasama dengan PT. DI dalam rangka pembuatan pesawat N-219 dan N-245. Untuk kedua proyek tersebut, LAPAN membutuhkan ratusan tenaga insinyur muda.
Dalam kegiatan tersebut Yuddy melaksanakan pertemuan dengan Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin dan Dirut PT. DI Budi Santoso beserta jajarannya. Dalam pertemuan tersebut, Thomas menyampaikan dua hal utama. Pertama, LAPAN memerlukan dukungan Menteri PANRB dalam penambahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) LAPAN dalam litbang iptek penerbangan dan antariksa, khususnya dalam pengembangan pesawat transport nasional. Kedua, setelah pesawat N-219 selesai tahap sertifikasi, LAPAN memerlukan dukungan pemerintah pada program lanjutan pesawat N-245.
“Menteri PANRB, melalui jalur yang dimilikinya, dapat menyampaikan kepada Presiden untuk mendapatkan dukungan dan anggaran pengembangan pesawat N-245 yang direncanakan mulai 2017,” ujar Thomas, dikutip dari Lapan.go.id
Menanggapi hal tersebut, Yuddy memberi respon positif dan dukungan penuh. Walaupun saat ini kebijakannya moratorium, tetapi untuk formasi khusus yang benar-benar dibutuhkan, seperti untuk mendukung proyek N-219 dan N-245, akan diperhatikan. "Saya tahu dan saya mengerti apa yang harus dilakukan," kata Yuddy seperti dikutip situs resmi Kementerian PANRB . Menurutnya, pengembangan pesawat N-219 dan N-245 merupakan upaya membangun kemandirian bangsa di bidang iptek penerbangan.
Yuddy menegaskan untuk membangun kemandirian bangsa, melepaskan ketergantungan dari bangsa lain dan jangan hanya menjadi bangsa “tukang”. Yuddy juga mengingatkan bahwa Presiden sudah menegaskan pentingnya moda angkutan udara yang menghubungkan pulau-pulau di nusantara. Hal ini sejalan dengan latar belakang pengembangan pesawat N219 oleh LAPAN dan PT. DI.
Pesawat berpenumpang 19 orang ini dibuat atas dasar pemetaan permasalahan di daerah-daerah terpencil di Indonesia, salah satunya ialah landasan pendek yang kurang cocok dengan pesawat komersial biasa. Di Papua, sebagai contoh, sekitar 90 persen dari 310 bandara yang ada di sana memiliki panjang landasan kurang dari 800 meter. Belum lagi fakta bahwa pesawat komuter berkapasitas 19 penumpang yang kini beroperasi, sudah melewati masa laik terbang karena telah beroperasi lebih dari 20 tahun dan butuh armada generasi baru.
Untuk itu, Yuddy berharap PT. DI sebagai BUMN di bidang industri penerbangan nasional bisa memacu kinerja dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pesawat dalam negeri sebesar 50 persen. (adm)
Dalam kegiatan tersebut Yuddy melaksanakan pertemuan dengan Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin dan Dirut PT. DI Budi Santoso beserta jajarannya. Dalam pertemuan tersebut, Thomas menyampaikan dua hal utama. Pertama, LAPAN memerlukan dukungan Menteri PANRB dalam penambahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) LAPAN dalam litbang iptek penerbangan dan antariksa, khususnya dalam pengembangan pesawat transport nasional. Kedua, setelah pesawat N-219 selesai tahap sertifikasi, LAPAN memerlukan dukungan pemerintah pada program lanjutan pesawat N-245.
“Menteri PANRB, melalui jalur yang dimilikinya, dapat menyampaikan kepada Presiden untuk mendapatkan dukungan dan anggaran pengembangan pesawat N-245 yang direncanakan mulai 2017,” ujar Thomas, dikutip dari Lapan.go.id
Menanggapi hal tersebut, Yuddy memberi respon positif dan dukungan penuh. Walaupun saat ini kebijakannya moratorium, tetapi untuk formasi khusus yang benar-benar dibutuhkan, seperti untuk mendukung proyek N-219 dan N-245, akan diperhatikan. "Saya tahu dan saya mengerti apa yang harus dilakukan," kata Yuddy seperti dikutip situs resmi Kementerian PANRB . Menurutnya, pengembangan pesawat N-219 dan N-245 merupakan upaya membangun kemandirian bangsa di bidang iptek penerbangan.
Yuddy menegaskan untuk membangun kemandirian bangsa, melepaskan ketergantungan dari bangsa lain dan jangan hanya menjadi bangsa “tukang”. Yuddy juga mengingatkan bahwa Presiden sudah menegaskan pentingnya moda angkutan udara yang menghubungkan pulau-pulau di nusantara. Hal ini sejalan dengan latar belakang pengembangan pesawat N219 oleh LAPAN dan PT. DI.
Pesawat berpenumpang 19 orang ini dibuat atas dasar pemetaan permasalahan di daerah-daerah terpencil di Indonesia, salah satunya ialah landasan pendek yang kurang cocok dengan pesawat komersial biasa. Di Papua, sebagai contoh, sekitar 90 persen dari 310 bandara yang ada di sana memiliki panjang landasan kurang dari 800 meter. Belum lagi fakta bahwa pesawat komuter berkapasitas 19 penumpang yang kini beroperasi, sudah melewati masa laik terbang karena telah beroperasi lebih dari 20 tahun dan butuh armada generasi baru.
Untuk itu, Yuddy berharap PT. DI sebagai BUMN di bidang industri penerbangan nasional bisa memacu kinerja dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pesawat dalam negeri sebesar 50 persen. (adm)