Video dokumenter “Syria's Oil: A Lifeline or a Curse?” produksi Al Jazeera melalui program Counting the Cost mengangkat kembali peran penting Provinsi Deir ez-Zor bagi masa depan Suriah. Setelah hampir 14 tahun perang saudara, wilayah ini kini dipandang sebagai kunci kebangkitan ekonomi nasional.
Ekonomi Suriah memang sempat runtuh akibat konflik panjang. Infrastruktur hancur, investasi asing menjauh, dan mata uang kehilangan nilainya. Namun, pemerintah di Damaskus kini menatap masa depan dengan harapan baru, terutama setelah tercapainya kesepakatan dengan otoritas Kurdi mengenai ladang minyak.
Sektor minyak, yang dahulu menyumbang hampir sepertiga pendapatan negara, kembali menjadi andalan utama. Meski sempat terpuruk akibat perang, ladang minyak di timur Suriah diyakini dapat menjadi motor penggerak rekonstruksi bila dikelola dengan benar.
Pemerintah pusat kini berhasil mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar ladang minyak, termasuk yang berada di Deir ez-Zor. Langkah ini dipandang sebagai sinyal positif bahwa produksi bisa perlahan pulih, membuka jalan bagi stabilitas fiskal.
Masalah lingkungan memang tak terhindarkan, terutama akibat tumpahan minyak yang mencemari lahan dan air. Namun, sejumlah inisiatif pemulihan sudah direncanakan, termasuk pembersihan limbah di ladang Al-Omar yang selama bertahun-tahun menimbulkan risiko kesehatan.
Jika program rehabilitasi berjalan konsisten, Suriah berpeluang memperbaiki kerusakan ekologi sambil membangun industri energi yang lebih berkelanjutan. Tantangan ini besar, tetapi bukan mustahil ditangani dengan dukungan internasional.
Rekonstruksi Deir ez-Zor sendiri diperkirakan menelan biaya ratusan miliar dolar AS. Meski jumlah itu fantastis, peluang kerja dan investasi yang tercipta bisa membuka pintu bagi kebangkitan sosial-ekonomi di wilayah tersebut.
Banyak rumah, sekolah, dan rumah sakit memang hancur. Namun, pembangunan kembali justru dapat menjadi momentum untuk menghadirkan infrastruktur modern yang lebih kokoh dan ramah lingkungan dibanding sebelumnya.
Bagi warga yang sempat mengungsi, kepulangan ke kampung halaman adalah awal dari perjalanan baru. Mereka menghadapi kesulitan, tetapi juga memiliki kesempatan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dengan dukungan pemerintah dan lembaga kemanusiaan.
Layanan kesehatan yang terbatas kini menjadi prioritas dalam program rekonstruksi. Dengan adanya perencanaan terpadu, jumlah tenaga medis dan fasilitas diproyeksikan terus bertambah, memberikan harapan bagi masyarakat setempat.
Salah satu perkembangan paling menjanjikan adalah kesepakatan antara pemerintah transisi di Damaskus dan otoritas Kurdi. Perjanjian ini menetapkan pembagian keuntungan minyak, di mana Kurdi menerima setengah dari hasil yang diperoleh.
Kesepakatan itu bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga simbol rekonsiliasi politik. Dengan berbagi kendali atas sumber daya strategis, kedua pihak menunjukkan niat serius untuk kembali menyatukan negara yang lama terpecah.
Meski implementasi berjalan bertahap, optimisme tetap terjaga. Setiap langkah kecil menuju kerja sama dianggap penting untuk merajut kembali kepercayaan di antara kelompok yang pernah berseteru.
Kalangan Kurdi sendiri diharapkan tetap memperoleh hak-hak yang mereka perjuangkan, sementara pemerintah pusat berkomitmen membangun sistem yang inklusif. Jika ini terwujud, stabilitas jangka panjang bisa tercapai.
Transparansi dalam pembagian hasil minyak menjadi perhatian utama. Namun, bila dikelola secara terbuka, pendapatan dari sektor energi berpotensi besar memperkuat keuangan negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan mengelola minyak secara adil akan memberi pesan kuat bahwa rekonsiliasi bisa berjalan seiring dengan pembangunan ekonomi. Inilah momentum yang bisa mengubah narasi Suriah dari perang menuju perdamaian.
Banyak analis menilai minyak bisa menjadi pintu menuju kemandirian energi dan daya tarik bagi investasi asing. Dengan demikian, Suriah dapat perlahan melepaskan diri dari ketergantungan pada bantuan darurat.
Deir ez-Zor, yang dulu menjadi simbol kehancuran, kini berpotensi menjadi pusat harapan baru. Pembangunan di wilayah ini bisa menjadi model pemulihan nasional yang lebih luas.
Rakyat Suriah, meski masih memikul beban berat, kini memiliki alasan untuk optimis. Bila pemerintah, Kurdi, dan masyarakat bekerja sama, minyak bisa benar-benar menjadi jalan menuju pemulihan dan persatuan kembali.
Masa depan Suriah memang belum pasti, tetapi tanda-tanda kebangkitan mulai terlihat. Dari reruntuhan perang, muncul peluang untuk membangun kembali sebuah negara yang lebih kuat, adil, dan berkelanjutan.