 |
| Sumber: Facebook |
Islam mengajarkan agar seorang muslim memiliki visi hidup ke depan. Dalam satu hadits yang diriwayatkan Imam Muslim pernah suatu ketika Rasulullah SAW menanyakan perihal keinginan seorang sahabat yang bernama Rabiah bin Aslam, seorang sahabat ahlussuffah yang senantiasa melayani dan menyertai rasul dikala menetap di Madinah maupun dalam perjalanan.
Ketika menjawab tawaran rasul, jawaban Rabiah diluar perkiraan dengan berkata “ Aku meminta pada mu agar aku menemanimu di surga”. Rasul pun bertanya kembali “ Apakah ada yang lain”. Jawab dia “ Itu saja”. (Subulussalaam juz 1 hal 1)
Menjadi teman rasul di surga merupakan keinginan yang tinggi karena Rabiah meminta sesuatu yang jauh ke depan dan merupakan cita cita tertingga manusia. Namun keinginan tersebut sangat mustahil sebab derajat Rabiah tidak akan menyamai rasul terlebih ia adalah sahabat yang tidak menonjol dan bukan yang dijamin masuk surga.
Selain itu, nabi tidak memiliki kewenangan menentukan seseorang masuk surga karena hal itu adalah hak prerogatif Allah. Karena itu, rasul merespon keinginan Rabiah dengan mengatakan “ Kutunjukkan padamu agar kau banyak bersujud (shalat).
Kisah ini memberikan gambaran bahwa sahabat nabi memiliki cita-cita tinggi dalam hidupannya. Penetapan cita-cita merupakan cara agar seseorang bisa menentukan arah agar visi besar hidupnya bisa tercapai. Penentuan cita-cita erat kaitannya dengan orientasi seorang muslim dalam beramal.
Amalan apapun meskipun kecil dan dianggap sepele sebisa mungkin bisa bermanfaat bagi sesama. Hal itu dapat menghantarkan seseorang meraih keridho-an Allah misalnya, memberi minum binatang yang kehausan, menyingkirkan duri dijalan, tersenyum, dan sebagainya.
Dengan kata lain dalam hal apapun seorang muslim dituntut untuk berbuat yang terbaik sehingga bisa memberikan kemaslahatan besar bagi manusia. Karena itu rasulullah saw bersabda ;
“Rakuslah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah,” (HR Bukhari)_
Bersikap rakus dalam melakukan aktifitas yang bermanfaat bagi pribadi dan orang lain menunjukkan bahwa pribadi seorang muslim senantiasa melakukan sesuatu yang terbaik, bukan yang biasa-biasa saja meski amalan yang dikerjakan adalah perkara biasa.
Melakukan sesuatu yang terbaik merupakan visi seorang muslim yang harus dijadikan falsafah hidup. Mengingat kita tidak tahu secara pasti apa yang akan terjadi dikemudian hari.
Melakukan sesuatu yang terbaik berarti mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang sahabat nabi yang baru menginjak usia remaja, yaitu Anas bin Malik. Ia sentiasa meluangkan waktunya untuk belajar bersama rasul agar menjadi orang alim meski harus merelakan kesenangan bermain bersamaa teman sebayanya.
Namun fakta dikemudian hari membuktikan bahwa hasil kerja keras beliau menghantarkan dirinya menjadi sahabat terkemuka pasca para sahabat meninggal. Spirit Anas bin Malik merefleksikan bahwa visi besar mendorong seorang muslim untuk bercita-cita melewati lintasan fikiran manusia secara umum. Ia senantiasa menginginkan menjadi yang terbaik, bukan menjadi manusia biasa saja.
Seorang muslim harus memiliki visi menjadi yang terbaik demi kemaslahatan dunia dan akhirat. Tak aneh jika rasul senantiasa mengucapkan frase “manusia terbaik diantara kalian”. Suatu frase yang memotivasi agar kita selalu berkompetisi dalam kebaikan. Terlebih jika kebaikan tersebut tidak hanya untuk diri kita sendiri namun bisa dinikmati orang lain baik saat ini maupun masa datang.
Semoga kita bisa menjadi manusia yang memiliki visi dalam hidup. Amiin
Semoga jumat membawa berkah.
*Dikutip dari WAG Alumni India (adm)
Nb. Yuk gabung IICH dan IMECH
Amalan apapun meskipun kecil dan dianggap sepele sebisa mungkin bisa bermanfaat bagi sesama. Hal itu dapat menghantarkan seseorang meraih keridho-an Allah misalnya, memberi minum binatang yang kehausan, menyingkirkan duri dijalan, tersenyum, dan sebagainya.
Dengan kata lain dalam hal apapun seorang muslim dituntut untuk berbuat yang terbaik sehingga bisa memberikan kemaslahatan besar bagi manusia. Karena itu rasulullah saw bersabda ;
“Rakuslah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah,” (HR Bukhari)_
Bersikap rakus dalam melakukan aktifitas yang bermanfaat bagi pribadi dan orang lain menunjukkan bahwa pribadi seorang muslim senantiasa melakukan sesuatu yang terbaik, bukan yang biasa-biasa saja meski amalan yang dikerjakan adalah perkara biasa.
Melakukan sesuatu yang terbaik merupakan visi seorang muslim yang harus dijadikan falsafah hidup. Mengingat kita tidak tahu secara pasti apa yang akan terjadi dikemudian hari.
Melakukan sesuatu yang terbaik berarti mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang sahabat nabi yang baru menginjak usia remaja, yaitu Anas bin Malik. Ia sentiasa meluangkan waktunya untuk belajar bersama rasul agar menjadi orang alim meski harus merelakan kesenangan bermain bersamaa teman sebayanya.
Namun fakta dikemudian hari membuktikan bahwa hasil kerja keras beliau menghantarkan dirinya menjadi sahabat terkemuka pasca para sahabat meninggal. Spirit Anas bin Malik merefleksikan bahwa visi besar mendorong seorang muslim untuk bercita-cita melewati lintasan fikiran manusia secara umum. Ia senantiasa menginginkan menjadi yang terbaik, bukan menjadi manusia biasa saja.
Seorang muslim harus memiliki visi menjadi yang terbaik demi kemaslahatan dunia dan akhirat. Tak aneh jika rasul senantiasa mengucapkan frase “manusia terbaik diantara kalian”. Suatu frase yang memotivasi agar kita selalu berkompetisi dalam kebaikan. Terlebih jika kebaikan tersebut tidak hanya untuk diri kita sendiri namun bisa dinikmati orang lain baik saat ini maupun masa datang.
Semoga kita bisa menjadi manusia yang memiliki visi dalam hidup. Amiin
Semoga jumat membawa berkah.
*Dikutip dari WAG Alumni India (adm)
Nb. Yuk gabung IICH dan IMECH
About peace
0 comments:
Post a Comment